Wednesday, August 1, 2007

Solidaritas untuk Guru “Killer“ dari Bulungan

Hari-hari ini pastilah hari yang menyesakkan dada bagi seorang AR, guru salah satu SMU di Bulungan ( Jakarta ). Beberapa waktu lalu, hampir semua siswa-siswinya menggelar aksi demo menuntut pemecatan guru tersebut yang dianggap "killer" oleh mereka. Yang mengundang keprihatinan kita, dalam bidikan kamera media cetak siswa-siswi SMU Bulungan terlihat bangga dapat melakukan aksi tersebut.

Padahal dengan aksinya itu -- entah disadari atau tidak – secara beramai-ramai mereka telah melakukan penganiayaan ekonomi yang lebih besar kepada guru tersebut dan keluarganya. Rasanya tidak mungkin seorang guru memiliki niat jahat bagi siswa-siswanya. Kalau pun galak pastilah motivasinya baik – yaitu untuk menegakkan kedisiplinan agar kelak anak didiknya menjadi orang yang sukses.

Wajar, jika kita heran mengapa Kepala Sekolah tidak bisa mendeteksi persoalan ini secara lebih dini ? Bukankah masalah tersumbatnya kreatifitas siswa dapat diselesaikan di forum guru atau forum musyawarah yang juga harusnya menyelesaikan aneka masalah siswa - guru ? Mengapa hal demikian, tidak berjalan baik ?

Jika aksi siswa-siswinya kemudian sukses menggusur guru “killer” tersebut, inilah tanda-tanda kehancuran dunia pendidikan nasional kita. Apalagi jika aksi demo siswa-siswi SMU tersebut menginspirasi dan menyemangati siswa-siswa sekolah lainnya untuk melakukan hal yang sama. Bukan tidak mungkin, nantinya siswa-siswa dengan dukungan finansial orangtua murid dapat seenaknya menggusur guru-guru yang “killer” atau yang tidak disukai.

Akibatnya, yang tersisa hanyalah guru-guru yang duduk manis dengan Kepala Sekolah yang kehilangan solidaritas korps guru dan minim jiwa kepemimpinan. Akibatnya, kita akan semakin kesulitan mencari pendidik yang berwibawa -- yang seharusnya menjadi panutan kita semua. Entah apa jadinya wajah pendidikan kita nanti...

Surat Pembaca ini dimuat di Harian IndoPos, Rabu (1 Agustus 2007), halaman 4.