Monday, July 23, 2007

Solidaritas Untuk Mardian,Pemulung dan Pengamen Jalanan

Bahaya terus mengintai anak jalanan. Mardian (13 tahun) – bocah pemulung kejang-kejang dan tak sadarkan diri setelah dipukuli para preman. Pengamen jalanan itu dianiaya di kawasan Pegangsaan, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dia dipukuli secara bergantian di kepala, leher, dan punggung. Hanya karena Mardian ogah memberikan upeti setelah memulung besi di kawasan yang dikuasai preman itu.

Begitulah media cetak menggambarkan nasib tragis pemulung yang tinggal bersama neneknya (75 tahun), karena sudah ditinggal ayahnya ke alam baka, sementara ibunya kawin lagi dan kini entah dimana. Kami sungguh bersedih dan prihatin karena premanisme sudah memakan korban anak-anak yang berjuang menghidupi diri sendiri dan keluargnya. Bisa jadi Mardian tidak sendirian, namun masih banyak lagi Mardian-Mardian lain yang juga memerlukan perhatian kita.

Dalam konteks solidaritas kita kepada Mardian, maka kami menyampaikan beberapa harapan dan himbauan sebagai berikut. Pertama, agar polisi dan pihak-pihak yang berwajib segera melakukan tindakan hukum, dengan menangkap dan memenjarakan para preman yang sangat keterlaluan itu. Kedua, meminta dengan sungguh-sungguh agar pihak Rumah Sakit (RS) Salianti Saroso yang merawat Mardian, agar membebaskan dari segala biaya yang harus ditanggung Mardian dan keluarganya, mengingat kondisi finansialnya benar-benar memerlukan uluran tangan pihak rumah sakit.

Ketiga, kami menghimbau agar para dermawan memberikan solidaritasnya dalam bentuk dukungan moral maupun material kepada Keluarga Mardian. Silahkan menyalurkan bantuan langsung kepadanya atau pun melalui aparat di lingkungannya. Kami mencatat alamat rumah Mardian (sebagaimana dikutip media cetak), yaitu : Kampung Mangga, RT 3 Rw 3, Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan perhatian kepada anak-anak – baik itu kepada keluarga sendiri maupun keluarga orang lain. Selamat Hari Anak Nasional.

(Surat Pembaca ini dimuat di Harian Republika, 25 Juli 2007).

Thursday, July 19, 2007

Dukungan Kepada UMKM Harus Lebih Nyata dan Jangan Politis

Hampir semua orang paham bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan potensi yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Selain jumlahnya besar, UMKM juga menyebar ke pelosok pedesaan. Berdasarkan data BPS (2006) jumlah UMKM mencapai 48,9 juta atau 99,9% total pelaku usaha di Indonenesia.

Potensi yang besar tidak selalu tanpa masalah. UMKM pada saat ini justeru menghadapi masalah-masalah yang besar. Terutama soal keterbatasan kepemilikan asset produksi, permodalan, rendahnya kemampuan SDM, terbatasnya pengakuan dan jaminan keberadaan UMKM, rendahnya nilai tukar komoditi yang dihasilkan, terbatasnya akses pasar, rendahnya produktifitas, dan terdapatnya pungutan-pungutan yang tidak proporsional.

Di tengah-tengah banyaknya persoalan yang membelit itulah, kini usaha UMKM dihadapkan pada ancaman global yang tidak kalah besar. Terutama serbuan UMKM asing yang juga merangsek masuk ke Indonesia untuk merebut pasar domestik, tentu saja hal demikian menjadi bencana yang sangat berbahaya bagi UMKM kita. Menjadi tidak masalah, jika kita memiliki daya saing yang tinggi, tetapi kalau tidak, tentu juga menjadi persoalan serius.

Di sinilah urgensi keberadaan Pusat Inovasi UMKM yang diharapkan dapat menjadi elemen penting yang bisa mendorong peningkatan daya saing sehingga UMKM kita memiliki tingkat survival yang tinggi. Sudah saatnya, semua pihak memberikan dukungan kepada UMKM secara lebih nyata. Bukan hanya dengan statemen politis, namun dengan keberpihakan yang benar-benar kongkrit sehingga manfaatnya dirasakan langsung oleh pengusaha UMKM.

(Surat Pembaca ini dimuat di : Rakyat Merdeka Dotcom)

Friday, July 13, 2007

Bupati Cilacap Harus Perhatikan Jalan Raya Perbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah

Bupati Cilacap harus memiliki kepedulian dan perhatian yang lebih baik untuk membangun wilayah Cilacap, terutama di sepanjang jalan di kawasan yang berbatasan dengan Kota Banjar dan Kabupaten Ciamis, Jawa barat.

Terus terang, sebagai orang yang lahir di (perbatasan) Jawa Tengah, kami prihatin dan malu jika kita menyusuri sepanjang jalan raya jalur selatan dari arah Banjar (Jawa Barat) ke arah Majenang (Jawa Tengah) yang perbatasannya dibelah oleh Sungai Citanduy.

Mengapa ? Karena terasa benar bedanya. Jalan di sepanjang lintasan tersebut. Di sepanjang jalan Tasikmalaya, Ciamis, Banjar sampai dengan perbatasan Jawa Tengah, jalan rayanya mulus -- tanpa ada lubang maupun jalan yang tidak beraturan. Sebaliknya, dari perbatasan menuju Majenang, jalan rayanya berlubang dan tidak rata.

Alangkah baiknya, jika Bupati Cilacap dapat memprioritaskan jalan raya di perbatasan ini sebagai program yang utama, sehingga perjalanan dari Jawa Barat ke Jawa-Tengah, tidak terasa bedanya. Syukur2 bisa lebih mulus, sehingga perjalanan di lintasan tersebut bisa lebih nyaman. Terima kasih

(Surat Pembaca dimuat dalam bentuk berita di Suara Merdeka Dotcom)